Gunung Tambora, yang berdiri gagah di Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, bukan hanya ikon alam, tapi juga saksi sejarah besar dunia. Gunung ini memiliki ketinggian sekitar 2.850 meter di atas permukaan laut, dan dikenal karena letusan dahsyatnya pada tahun 1815 yang menjadi salah satu letusan gunung berapi terbesar dalam sejarah manusia. Letusan itu mengubah wajah bumi, menimbulkan “tahun tanpa musim panas” di Eropa, dan meninggalkan kawah raksasa berdiameter sekitar 7 kilometer yang kini menjadi daya tarik utama para pendaki dan peneliti geologi. Perjalanan menuju Tambora biasanya dimulai dari Desa Pancasila, desa kecil di Kecamatan Tambora, Kabupaten Bima. Desa ini jadi titik awal favorit para pendaki karena aksesnya paling mudah dan sudah memiliki fasilitas dasar seperti penginapan, warung, dan pos pendaftaran. Dari sini, jalur pendakian menawarkan suasana alam yang beragam mulai dari kebun kopi milik warga, hutan tropis yang rimbun, hingga padang sabana yang terbuka dengan pemandangan laut di kejauhan. Pendakian menuju puncak biasanya memakan waktu sekitar dua hari satu malam, tergantung kecepatan dan cuaca.
Sesampainya di puncak, semua lelah seakan hilang. Hamparan kawah besar dengan dinding curam dan warna tanah yang kontras cokelat, abu-abu, dan hijau lumut terpampang luas di depan mata. Dari titik tertinggi ini, kamu bisa menyaksikan matahari terbit di balik perbukitan, sementara awan bergulung di dasar kawah. Banyak pendaki bilang, momen ini seperti berdiri di tepi dunia. Udara dingin dan tenang berpadu dengan panorama yang tak biasa, menjadikan Tambora bukan sekadar gunung, tapi ruang refleksi tentang kekuatan alam dan keteguhan manusia untuk menjelajahinya. Selain pesona kawahnya, Tambora juga memiliki daya tarik budaya dan sejarah. Di lereng gunung, pernah ditemukan sisa-sisa peradaban yang terkubur akibat letusan besar tahun 1815 yang dikenal sebagai “Pompeii dari Timur”. Artefak dan reruntuhan rumah dari masa Kerajaan Tambora menjadi bukti betapa besar dampak letusan ini terhadap kehidupan manusia di masa lampau. Kini, kawasan ini juga dijadikan situs sejarah dan menjadi destinasi edukasi bagi wisatawan yang tertarik pada arkeologi dan geologi.
Yang membuat Gunung Tambora istimewa adalah perpaduan antara petualangan alam, sejarah dunia, dan keramahan lokal. Penduduk sekitar menyambut para pendaki dengan senyum dan kopi hangat hasil kebun mereka sendiri. Setelah turun dari gunung, kamu bisa menikmati panorama pesisir utara Sumbawa yang tenang, menjelajahi pantai-pantai tersembunyi, atau sekadar beristirahat di desa sambil mendengarkan kisah tentang “gunung yang mengubah dunia”. Tambora bukan hanya tempat untuk didaki, tapi juga tempat untuk memahami bahwa di balik bencana besar, selalu ada kehidupan yang tumbuh kembali.