FAMOUS

Pendahuluan

Di timur Pulau Sumbawa, tepatnya di Desa Penyaring, Kecamatan Moyo Utara, tersembunyi sebuah tempat dengan panorama alam yang menakjubkan dan kisah legenda yang menyentuh hati. Nama tempat ini adalah Tanjung Menangis, sebuah tanjung berbentuk lengkungan yang menjorok ke laut, dihiasi tebing batu tinggi, pantai pasir putih, dan air laut sebening kaca. Meskipun belum sepopuler pantai-pantai di Lombok atau Bali, Tanjung Menangis menyimpan keunikan yang sulit ditemukan di tempat lain: suasana sunyi, pemandangan yang masih alami, dan cerita rakyat yang menjadi bagian dari identitas budaya masyarakat setempat.


Keindahan Alam Tanjung Menangis

Tanjung Menangis menawarkan lanskap alam yang memikat sejak pertama kali dipandang. Di sisi timur, laut lepas terbentang luas dengan gradasi warna biru dan hijau toska. Airnya sangat jernih, memungkinkan pengunjung melihat dasar laut di beberapa bagian pantai. Pasir putih yang lembut memanjang di bibir pantai, dibingkai oleh tebing batu kapur yang menjulang tinggi dan kokoh.

Dari atas tebing, pengunjung dapat menyaksikan panorama Samudra Hindia yang seolah tak berujung. Saat senja tiba, langit berubah jingga, dan sinar matahari perlahan tenggelam di balik garis cakrawala. Momen ini menjadi waktu favorit bagi fotografer dan pecinta alam yang ingin menikmati keindahan tanpa gangguan.

Di sekitar tanjung juga terdapat bukit kecil yang bisa dijangkau dengan berjalan kaki. Dari atas bukit inilah pemandangan Tanjung Menangis tampak utuh—sebuah perpaduan antara laut, langit, tebing, dan angin yang berhembus pelan.


Legenda di Balik Nama “Menangis”

Tidak hanya keindahan alam, Tanjung Menangis juga dikenal karena kisah legenda yang telah lama hidup dalam masyarakat Samawa. Cerita ini turun-temurun diceritakan oleh orang tua kepada anak-anak mereka.

Konon, di masa lalu, seorang putri dari kerajaan Sumbawa jatuh cinta kepada seorang pemuda asing yang berasal dari Ujung Pandang (sekarang Makassar). Cinta mereka begitu dalam, namun tidak mendapat restu dari sang raja, ayah sang putri. Karena tekanan dari kerajaan, sang pemuda pun diusir dan memilih pergi meninggalkan pulau.

Putri yang patah hati kemudian menyusul hingga ke sebuah tanjung di ujung timur Sumbawa, tempat terakhir sang pemuda terlihat. Di sanalah ia menangis siang dan malam menunggu sang kekasih yang tak kunjung kembali. Konon, tangisannya terdengar oleh warga sekitar hingga akhirnya ia meninggal di tempat itu. Sejak saat itu, tempat tersebut dinamakan Tanjung Menangis—sebagai simbol dari cinta yang terhalang dan luka yang tak sembuh oleh waktu.

Beberapa warga percaya bahwa pada malam-malam tertentu, terutama saat angin bertiup pelan dan laut tenang, suara tangisan halus bisa terdengar dari balik tebing. Meskipun tidak semua percaya, cerita ini menambah daya tarik tersendiri bagi pengunjung yang datang.


Akses dan Lokasi

Tanjung Menangis terletak sekitar 19 kilometer dari pusat Kota Sumbawa Besar. Waktu tempuh menggunakan kendaraan bermotor sekitar 30–40 menit. Jalan menuju lokasi sebagian besar sudah cukup baik, meskipun ada beberapa titik yang masih berupa jalan tanah atau berbatu.

Untuk mencapai bibir pantai dan tebing, pengunjung perlu berjalan kaki sejauh kurang lebih 300 meter dari area parkir. Jalurnya cukup mudah dilalui, namun disarankan menggunakan alas kaki yang nyaman karena sebagian jalan berupa tanah merah dan rumput.


Fasilitas Wisata

Karena belum dikelola secara penuh sebagai destinasi wisata komersial, fasilitas di Tanjung Menangis masih tergolong minim. Beberapa fasilitas dasar yang tersedia antara lain:

  • Area parkir untuk motor dan mobil

  • Warung-warung kecil yang menjual makanan dan minuman ringan

  • Toilet umum sederhana

  • Spot istirahat atau tempat duduk dari kayu dan bambu

  • Area berkemah di dataran yang tidak jauh dari tebing

Bagi wisatawan yang ingin bermalam, penginapan bisa ditemukan di Kota Sumbawa Besar atau desa-desa terdekat seperti Desa Penyaring.


Aktivitas yang Bisa Dilakukan

Tanjung Menangis cocok untuk berbagai jenis aktivitas wisata, baik yang santai maupun sedikit menantang:

  • Menikmati panorama: Duduk di tepi tebing atau bukit sambil memandangi laut lepas adalah cara terbaik menikmati tempat ini.

  • Fotografi: Komposisi alam yang fotogenik membuat tempat ini cocok untuk foto landscape, pre-wedding, atau dokumentasi budaya.

  • Camping: Dengan peralatan sendiri, pengunjung bisa mendirikan tenda dan menikmati malam yang tenang di alam terbuka.

  • Snorkeling ringan: Di beberapa bagian laut, terutama yang tenang dan dangkal, pengunjung bisa melihat terumbu karang dan ikan kecil.

  • Trekking ringan: Mendaki bukit-bukit kecil di sekitar tanjung untuk mendapatkan perspektif berbeda dari lanskap sekitarnya.


Waktu Terbaik untuk Berkunjung

Musim kemarau, antara bulan April hingga Oktober, adalah waktu terbaik untuk berkunjung. Pada musim ini, cuaca cerah, ombak lebih tenang, dan akses jalan lebih aman karena tidak licin.

Datanglah pagi-pagi sekali jika ingin menikmati sunrise, atau sore hari untuk menyaksikan sunset dari atas bukit atau tebing. Hindari datang saat hujan karena beberapa bagian jalur bisa licin dan berbahaya, terutama di dekat tebing.


Potensi dan Pengembangan Wisata

Tanjung Menangis memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai objek wisata unggulan di Kabupaten Sumbawa. Keunikan alam dan kekayaan cerita lokal menjadi daya tarik utama yang dapat dikemas dalam bentuk ekowisata dan wisata budaya.

Namun, pengembangan kawasan ini perlu dilakukan dengan pendekatan berkelanjutan—mengutamakan pelestarian lingkungan, melibatkan masyarakat lokal, dan mempertahankan nilai-nilai budaya yang ada. Jika dikelola dengan baik, Tanjung Menangis bisa menjadi salah satu ikon wisata NTB yang tak hanya menarik wisatawan, tetapi juga membanggakan warga Sumbawa.


Penutup

Tanjung Menangis adalah perpaduan antara keindahan yang alami dan kisah yang mengharukan. Ia bukan hanya tempat untuk berfoto dan liburan, tapi juga ruang untuk merenung, mendengar bisikan angin, dan mengenang cerita lama yang tetap hidup dalam ingatan masyarakat.

Datanglah, duduklah di tepi tebingnya, rasakan angin yang berembus pelan, dan siapa tahu—dalam diam itu, Anda bisa merasakan sendiri mengapa tempat ini dinamai Tanjung Menangis.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

X

https://wa.me//6281775104411