FAMOUS

Pulau Bungin merupakan salah satu pulau kecil yang terletak di lepas pantai Laut Bali dan secara administratif termasuk dalam wilayah Kabupaten Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat, Indonesia. Meski luasnya hanya sekitar 8,5 hektare, pulau ini dihuni oleh lebih dari 5.000 jiwa berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2014. Jumlah ini menjadikan Pulau Bungin sebagai salah satu pemukiman dengan tingkat kepadatan penduduk tertinggi di dunia.

Mayoritas masyarakat yang menetap di pulau ini berasal dari Suku Bajo, kelompok etnis maritim yang berasal dari Sulawesi Selatan. Mereka telah bermukim di Pulau Bungin selama kurang lebih dua abad. Suku Bajo dikenal sebagai pelaut tangguh yang memiliki keterampilan luar biasa dalam navigasi laut dan penangkapan ikan, kemampuan yang diwariskan secara turun-temurun hingga ke generasi muda di Bungin.

Karakteristik fisik Pulau Bungin sangat berbeda dari pulau-pulau tropis pada umumnya. Jika pulau lain identik dengan pasir putih, pantai, dan lahan hijau yang memanjakan mata, maka Pulau Bungin justru nyaris tidak memiliki ruang terbuka hijau ataupun garis pantai. Rumah-rumah warga dibangun sangat rapat, berdempetan satu sama lain, hingga hampir tidak ada lahan kosong tersisa. Bangunan-bangunan tersebut bahkan meluas ke laut melalui reklamasi sederhana yang dilakukan warga dengan menimbun karang dan batu secara mandiri.

Kepadatan dan keunikan permukiman ini justru menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Di tengah kawasan Sumbawa yang terkenal dengan keindahan alam dan laut biru yang memesona, Pulau Bungin menawarkan pengalaman berbeda yang tak kalah menarik. Suasana padat namun harmonis, serta cara hidup masyarakat yang sangat terhubung dengan laut, menjadikan pulau ini destinasi wisata budaya dan sosial yang menonjol.

Salah satu daya tarik utama di Pulau Bungin adalah wisata kuliner lautnya. Meskipun tidak memiliki pantai tempat bersantai, pulau ini dikenal akan hasil laut segar dan cara pengolahannya yang khas. Hidangan laut seperti ikan bakar, cumi, kepiting, dan terutama lobster, menjadi menu andalan di restoran apung yang tersebar di sekitar pulau. Menariknya, wisatawan dapat memilih langsung ikan atau seafood dari kolam penangkaran yang berada di bawah restoran, kemudian dimasak sesuai selera dengan harga yang relatif terjangkau.

Gaya hidup masyarakat Bungin sangat terikat dengan laut. Hampir semua rumah memiliki perahu motor pribadi yang digunakan untuk mencari ikan, mengangkut barang, bahkan sebagai alat transportasi sehari-hari. Karena sekitar 80 persen penduduk bermata pencaharian sebagai nelayan, anak-anak di pulau ini pun sejak dini sudah terbiasa membantu orang tua mereka di laut, bahkan mahir menyelam dan menangkap ikan dengan cara tradisional.

Meskipun hidup dalam keterbatasan ruang dan fasilitas, masyarakat Pulau Bungin tetap menjaga kekompakan dan kearifan lokal mereka. Tradisi gotong royong, saling bantu, serta kehidupan sosial yang erat menjadikan Bungin bukan hanya menarik dari segi fisik dan budaya, tetapi juga sebagai contoh nyata bagaimana komunitas bisa hidup harmonis di ruang sempit dengan mengandalkan kekayaan laut sebagai sumber kehidupan.

Sources. https://share.google/SBebQD6r5wZY7ZXsU

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

X

https://wa.me//6281775104411